Minggu, 12 Oktober 2008

Misteri Tuhan

Mendengar kata Tuhan, persepsi kita tentu akan mengarah kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat yang superior. Tuhan diyakini sebagai sesuatu yang Maha Ada, Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan seterusnya. Meskipun semua agama mengakui keberadaan dan eksistensi Tuhan, namun sepanjang sejarah, berbagai kelompok manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang Tuhan.

Tuhan yang kita pahami dan yakini saat ini, bisa jadi berbeda dengan Tuhan yang dipahami oleh orang lain. Ada Tuhannya orang Islam, Tuhannya orang Nasrani, Tuhannya orang Yahudi, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya penganut Budha, Tuhannya ajaran Kong Hu Cu, Tuhan para filsuf, Tuhan para ilmuwan, Tuhannya artis Holywood, dan seterusnya. Pemahaman, persepsi, dan keyakinan seseorang tentang Tuhan memiliki perbedaan, sekalipun bisa jadi obyek Tuhan yang dimaksud adalah sama.

Sebagian orang yang memahami Tuhan sebagai sosok yang Maha Kuasa, membayangkan Tuhan seperti sosok yang sangat berkuasa, pemarah, kejam, dan haus akan sesembahan atau sesaji. Oleh karenanya mereka melakukan berbagai macam ritual penyembahan kepada Tuhan agar mereka terbebas dari murka Tuhan dan ganasnya alam. Sebagian orang lagi yang memahami Tuhan sebagai sosok yang Maha Penolong, hanya menjadikan Tuhan sebagai tempat untuk meminta pertolongan pada saat mereka sedang mengalami kesulitan dalam hidup. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, sebagian orang hanya menjadikan Tuhan sebagai pengusir setan manakala mereka sedang mengalami ketakutan terhadap gangguan makhluk halus.

Tuhan, antara ada dan tiada. Tuhan ada pada saat kita sedang beribadah kepada-Nya, pada saat kita sedang berdoa kepada-Nya, atau pada saat kita sedang merasakan kehadiran-Nya di dalam batin kita. Namun, Tuhan bisa menjadi tidak ada, pada saat kita sedang sibuk melaksanakan aktivitas keseharian kita, pada saat kita sedang bersenang-senang, tertawa, berdua dengan kekasih kita, atau pada saat kita merasa doa kita kepada-Nya tidak terkabulkan. Tuhan seperti sosok yang bisa muncul kapan saja, dimana saja, dan juga bisa menghilang dan terlupakan begitu saja, tergantung pada situasi, kondisi fisik dan kejiwaan kita.

Sebagian orang yang memandang segala sesuatu hanya berdasarkan apa yang dapat dilihat, disentuh, atau dapat ditangkap oleh panca indera, tentu akan menganggap Tuhan itu sesungguhnya tidak ada dan tidak pernah ada. Menurut mereka, Tuhan hanya ada dalam khayalan manusia yang mempunyai pengharapan besar terhadap sesuatu yang lebih kuat dan berkuasa, sebagai tempat untuk memohon pertolongan dan perlindungan dari ganasnya alam. Manusia pada saat berdoa, mengira dirinya mempunyai hubungan yang langsung dengan realitas yang lebih tinggi (Tuhan), akan tetapi sebenarnya ia hanya berhubungan dengan dirinya sendiri.

Sementara para agamawan dan filsuf yang mempelajari agama secara lebih mendalam, meyakini Tuhan itu ada. Mereka meyakini Tuhan sebagai satu-satunya dzat dengan sifat-sifatnya yang mutlak dan superior. Tuhan yang Maha Ada, Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan seterusnya. Oleh karenanya hanya kepada Tuhanlah kita bergantung atas segala sesuatu. Tuhan bukan hanya sekedar realitas yang patut disembah dan dimintai pertolongan, akan tetapi Dia adalah sumber dari segala sumber nilai dalam kehidupan kita.

Demikianlah, selama ribuan tahun, Tuhan dipahami secara berbeda-beda oleh umat manusia di berbagai belahan dunia. Meskipun semua agama yang ada mengakui eksistensi Tuhan sebagai sesuatu yang Maha Ada, Maha Pencipta, dan Maha Kuasa yang patut disembah, Tuhan tetaplah sebuah misteri yang tak terjangkau oleh pikiran manusia hingga kini.

Minggu, 03 Agustus 2008

Kesatuan Alam

Dengan mengkaji fenomena alam semesta ini secara lebih seksama, kita akan menemukan adanya kesatuan yang secara sempurna menunjukkan bahwa ada satu Dzat yang punya ilmu satu, kehendak satu, dan kemampuan satu yang telah menciptakannya.

Bukti-bukti atas adanya kesatuan dalam alam semesta ini banyak sekali, antara lain adalah adanya keteraturan dan saling keterkaitan diantara ciptaan-ciptaan-Nya sebagaimana telah kita bahas sebelumnya. Misalnya keteraturan peredaran benda-benda langit, seperti pada peredaran planet-planet yang mengelilingi matahari pada orbitnya. Kemudian adanya penguapan air laut, danau, dan sungai yang membentuk awan yang akan menurunkan hujan. Air hujan yang membasahi bumi itu pada akhirnya akan kembali lagi ke danau, sungai, dan laut. Kemudian pada saat udara panas akan menguap lagi ke udara membentuk awan, lalu turun kembali ke bumi, begitu seterusnya. Itulah siklus alam yang teratur.

Contoh lainnya adalah kesalingterkaitan antara organ-organ tubuh pada manusia dan juga pada tubuh makhluk hidup lainnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, sistem tubuh ini melibatkan sistem kerangka, sistem otot, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem pembuangan, sistem limfatik, sistem endokrin, sistem saraf, sistem kandung kemih, dan sistem perlindungan. Sebagai contoh sistem pencernaan juga melibatkan rongga-rongga mulut dan tenggorokan, oesophagus, lambung, usus kecil, dan usus besar serta dubur.

Organ-organ ini bekerja untuk fungsi umum yang sama, yaitu mencernakan dan mengasimilasikan makanan. Jadi jelas masing-masing organ di dalam sistem merupakan suatu mata rantai. Jika salah satunya gagal berfungsi, maka keseluruhan proses pencernaan mendapat rintangan sampai batas-batas tertentu, kalaupun tidak sama sekali terhenti. Dan sudah barang tentu berbagai sistem itu saling berhubungan erat sekali.

Kemudian bukti lainnya adalah adanya saling keterikatan bersama antara makhluk hidup dalam rantai makanan. Misalnya, tumbuhan membuat makanan dengan bantuan cahaya matahari; serangga menelan tumbuhan; burung penyanyi memakan serangga; bila burung rajawali mati, kumbang dan serangga lain hidup dari bangkainya, sedangkan bakteri mengubah berbagai senyawa dalam bangkai ini menjadi zat makanan yang dapat diserap tumbuhan, dan seterusnya.

Dalam hal ini kita juga dapat mengkaji bukti lain yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan Mesir, Hasan al-Banna, mengenai adanya saling keterkaitan yang optimal antara pernafasan manusia dengan tumbuh-tumbuhan dan laut.

Sebagaimana kita ketahui udara yang kita hirup ini terdiri atas berbagai unsur yang diantaranya ada dua bagian penting, yaitu oksigen dan karbon. Oksigen adalah bagian yang baik dan sangat dibutuhkan bagi pernafasan manusia, sedangkan karbon adalah bagian yang berbahaya bagi pernafasan manusia.

Menurut Hasan al-Banna, dari sekian hubungan yang begitu rumit diantara kesatuan-kesatuan wujud, yang mengherankan adalah pada waktu manusia menghirup oksigen dan membuang karbon, tumbuh-tumbuhan justru melakukan proses sebaliknya dengan menghirup karbon dan mengeluarkan oksigen. Sehingga bagian udara berupa karbon yang dapat membahayakan manusia telah dihirup oleh tumbuh-tumbuhan. Sementara proses yang menciptakan keseimbangan antara gas asam arang yang keluar dan yang masuk disempurnakan oleh laut. Laut akan menyedot semua pertambahan yang ada di udara jika pertambahan itu sudah melebihi batas yang semestinya.

Jadi dengan mengkaji kejadian tersebut di atas, kita dapat mengetahui akan adanya gerak saling keterkaitan yang optimal antara manusia, tumbuh-tumbuhan, dan laut. Pada dasarnya kesalingterkaitan ini bisa kita temukan pada segala sesuatu yang ada antara siang dan malam, langit dan bumi, mentari dan rembulan, organ-organ jantan dan betina, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Untuk mempertegas hal ini, kita dapat meneliti unsur-unsur yang mengkomposisi alam semesta ini. Menurut para ahli fisika, alam ini terkomposisi atas unsur-unsur yang sama, dan jumlahnya lebih dari seratus. Unsur-unsur itu sendiri menunjukkan tiga jenis muatan listrik : positif, negatif, dan netral. Yang positif disebut proton, yang negatif disebut elektron, sedangkan yang netral disebut neutron.

Jumlah elektron yang ada pada garis-garis orbit atom bagian luar adalah sesuai dengan jumlah proton yang ada pada bagian dalam (inti) atom ini. Jika pada inti atom ada satu proton, maka pada garis edar elektron ada satu elektron seperti halnya pada hidrogen.

Berkat keseimbangan antara elektron-elektron yang bermuatan negatif dengan proton-proton yang bermuatan positif ini, maka aliran listrik yang ada pada atom menjadi seimbang. Akan tetapi jumlah neutron yang netral pada inti atom, sedikit banyak tidak berimbang dengan jumlah elektron. Perbedaan unsur-unsur merupakan akibat dari perbedaan jumlah proton dan elektron yang ada pada masing-masing pihak.

Sebagai contoh, yang membedakan antara hidrogen dan uranium adalah hidrogen mengandung satu proton dan satu elektron, sedangkan uranium mengandung (238) proton dan (238) elektron. Unsur-unsur yang jumlahnya ratusan inilah yang membentuk alam seluruhnya. Unsur-unsur tersebut diperkirakan ada pada setiap benda di alam ini. Unsur-unsur yang ada di bumi juga ada di matahari, demikian pula pada setiap benda yang ada di seluruh angkasa ini.

Kalau demikian adanya, tentu akan timbul pertanyaan tentang siapakah gerangan yang sanggup menjadikan dan memelihara keseimbangan dan kesalingterkaitan tersebut? Bukankah dengan adanya fenomena kesatuan dalam alam semesta ini yang keseimbangan dan kesalingterkaitan bagian-bagiannya, telah menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya memang ada satu Dzat yang punya ilmu satu, kehendak satu, dan kemampuan satu yang telah menciptakannya? Dan Sang Pencipta itu adalah satu.

Mengapa hal ini menunjukkan keesaaan? Hasan al-Banna, mengatakan bahwa pluralitas mengkonsekuensikan absurditas, perselisihan, dan kesalingunggulan, terutama menyangkut sifat-sifat ketuhanan yang Maha Agung. Di samping itu, kalau saja salah satu dari jumlah tuhan yang banyak itu bertindak sendiri, berarti sifat-sifat yang lain menjadi batal. Kalau mereka bersekutu, maka batallah sebagian sifat dari masing-masing tuhan itu. Padahal menukilkan sifat-sifat ketuhanan bertentangan dengan keagungan-Nya. Jadi Tuhan harus satu, tiada tuhan lain. Tuhan yang satu itu tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah kita mengamati alam semesta yang ada ini, terbuktilah tanda-tanda nyata dari Tuhan yang tak terbantahkan lagi. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak terkecuali diri kita sendiri dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan Tuhan.

Realitas Kemajuan Teknologi

Hasil rekayasa modern seperti televisi, radio, lampu pijar, tekstil sintetis, pendingin udara, lift, kendaraan bermotor, pesawat udara, pesawat antariksa, peluru kendali, komputer, internet, dan telepon seluler adalah beberapa dari sekian banyak realitas kemajuan teknologi modern yang telah kita nikmati. Dan kemajuan teknologi ini akan terus berlanjut sampai pada masa yang akan datang.

Melalui layar kaca televisi, kita yang ada di Jakarta, dapat menyaksikan siaran langsung pertandingan sepakbola antara kesebelasan Manchester United dan Chelsea yang sedang berlangsung di Stadion Old Trafford di Manchester, Inggris yang jaraknya ribuan kilometer dari Jakarta.

Dengan pesawat terbang kita dapat menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya dalam hitungan jam saja, yang jika kita lakukan dengan perjalanan darat atau laut akan membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan lamanya. Dengan pesawat ulang-alik antariksa, para astronot dapat mencapai bulan, bahkan tidak lama lagi kita akan bisa melakukan wisata ke bulan dan planet lain.

Dengan telepon seluler, kita juga dapat melakukan komunikasi langsung dengan seseorang yang kita inginkan yang jaraknya mungkin ribuan kilometer dari tempat kita berada kapan pun kita mau. Dengan komputer, kita yang ada di Jakarta juga dapat melakukan perbincangan dengan sesama pengguna komputer di New York melalui fasilitas jaringan internet.

Kita tentu sependapat bahwa kemajuan teknologi canggih yang telah dicapai sekarang ini adalah hasil rekayasa dari akal budi manusia yang patut dibaggakan. Penghargaan yang tinggi patut kita berikan kepada Thomas Alfa Edison yang telah menemukan lampu pijar, Alexander Graham Bell yang menemukan telepon, Guglielmo Marconi sebagai penemu radio telegraf, dan masih banyak lagi. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih kita atas jasa-jasanya, penemuan itu belumlah cukup bagi kita untuk menyebut mereka sebagai pencipta.

Penemuan-penemuan tersebut tentu tidak dapat diidentikkan sebagai penciptaan. Pengertian penciptaan di sini adalah melakukan suatu proses penciptaan sejak dari awal sampai akhir, yakni dimulai dengan membuat unsur-unsur dasarnya, dari tidak ada menjadi ada, kemudian menyusunnya menjadi sebuah benda yang siap pakai atau menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan yang dilakukan oleh para ilmuwan-ilmuwan kita itu adalah semata-mata menemukan unsur-unsur dasar yang sudah ada, kemudian dengan menggunakan akal pikiran dan instrumen-instrumen yang tersedia, melakukan eksperimen-eskperimen, sampai kemudian menghasilkan sebuah rekayasa atau sebuah benda. Sehingga sifatnya hanyalah mengubah unsur atau bahan baku yang sudah ada menjadi sebuah benda baru atau barang jadi.

Sebagai contoh konkritnya, mari kita bahas dalam proses penemuan radio. Penemuan radio diawali dengan ditemukannya radiasi magnet listrik pada abad XIX. Radiasi ini dapat berjalan melalui angkasa dalam jarak yang sangat jauh, termasuk dalam radiasi ini adalah cahaya dan gelombang radio dalam dua bentuk. Adanya famili radiasi pertama kali diramalkan oleh ahli fisika dari Skotlandia, James Clerk Maxwell pada tahun 1860-an.

Dalam usaha menemukan apakah ramalan Maxwell itu benar, menjelang tahun 1880-an, seorang ahli fisika lainnya dari Jerman, Heinrich Hertz, membuat suatu gelombang radio, lalu mengirimkannya dari laboratoriumnya melalui ruang angkasa.

Akhirnya puncak keberhasilan pada awal penemuan radio ini adalah pada tahun 1895, ketika seorang ilmuwan Italia yang bernama Guglielmo Marconi, membuat peralatan yang sangat besar untuk menghasilkan gelombang-gelombang radio yang kuat, dan kemudian memakai gelombang itu dengan berhasil untuk membawa sinyal-sinyal dari Inggris ke Newfoundland melewati Atlantik Utara. Sehingga sejak saat itu, dapat dikatakan, Marconilah yang pertama kali mengembangkan konsep mengenai penggunaan gelombang radio untuk berkomunikasi.

Semua orang sepakat bahwa Guglielmo Marconi adalah penemu radio telegraf, namun tidak dapat dikatakan sebagai pencipta radio telegraf. Hal ini karena yang pertama kali membuat gelombang radio adalah Heinrich Hertz, dan Hertz sendiri juga bukanlah pencipta gelombang radio yang sesungguhnya karena gelombang radio tersebut adalah bagian dari radiasi magnet listrik yang merupakan unsur dasar yang sudah ada.

Jadi, kesimpulannya Marconi menemukan unsur-unsur dasar yang sudah ada berupa gelombang radio atau radiasi magnet listrik, logam, dan bahan-bahan lainnya untuk membuat bangunan radio, kemudian dengan menggunakan akal pikiran dan instrumen-instrumen yang tersedia, dia melakukan eksperimen-eskperimen sampai kemudian menghasilkan sebuah radio telegraf.

Kalau demikian adanya, lalu siapakah yang sanggup menciptakan radiasi magnet listrik yang dapat menempuh perjalanan melalui udara dalam jarak yang sangat jauh itu? Siapakah yang sanggup menggerakkan gelombang radio yang membawa sinyal-sinyal dari Marconi di Inggris ke Newfoundland melewati Atlantik Utara melalui udara? Mampukah Marconi mengirimkan sinyal-sinyalnya sendiri ke belahan dunia lain tanpa keterlibatan pihak lain yang mempunyai kemampuan dan kekuasaan yang luar biasa? Lalu, siapakah pihak lain itu, selain Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam?

Kalau kita ingin lebih jauh lagi, siapakah yang membimbing para ilmuwan dan ahli rekayasa yang berotak cemerlang itu dalam berbagai kegiatan riset dan eksperimennya? Jadi kesimpulannya, sesuatu yang sanggup menciptakan otak-otak manusia yang brilian, kemudian membimbing manusia itu memanfaatkan kecerdasan otaknya untuk menjadi tahu dan berkreasi, tiada lain selain Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.

Selasa, 22 Juli 2008

Rahasia Takdir


Dalam menyikapi fenomena takdir ini, sebagaimana yang kita ketahui sejak dahulu, manusia terbagi dalam dua kelompok pemahaman yang ekstrim dan saling bertentangan, yakni paham determinisme dan indeterminisme.

Menurut pandangan penganut Paham Determinisme, semua amal perbuatan manusia dan segala kejadian di alam semesta ini, sebelumnya telah ditentukan oleh Tuhan. Jadi menurut mereka, kita di dunia ini laksana kapas yang diterbangkan angin. Angin takdir yang mutlak dan kompak. Baik-buruk, miskin-kaya, naik-jatuh, mulia-hina, segalanya mutlak di tangan Tuhan. Dalam Agama Islam yang menganut paham ini dikenal dengan Mazhab Jabariah, dalam Agama Kristen dianut oleh aliran Agustinisme dan Lutheranisme, sedangkan dalam Agama Yahudi dianut oleh Mazhab Qurra.

Sementara bagi kaum determinisme naturalis segalanya ini telah ditentukan oleh pengaruh paksaan dari alam kodrati atau merupakan bagian dari keseluruhan jagat raya yang saling terikat. Paham ini bisa kita temukan dalam filsafat etika Tiongkok, filsafat Stoa, dan pemikiran Spinoza.

Sebaliknya menurut Paham Indeterminisme, manusia mempunyai kebebasan mutlak dalam perbuatannya berdasarkan perwujudan kodratnya sendiri. Paham ini bisa kita temukan dalam ajaran filsafat vitalismenya Nietzche dan ajaran Materialisme-Marxisme. Sementara menurut kaum indeterminisme theologis, kebebasan manusia itu datang dari Tuhan sebagai Sebab Pertama atau Sumber Pertama dari segala kekuasaan. Paham ini dalam Agama Islam dikenal dengan Mazhab Qadariah, sedangkan dalam Agama Kristen dikenal dengan aliran Pelagianisme.

Pertentangan antara kedua paham, Determinisme dan Indeterminisme dengan argumennya masing-masing sampai sekarang tidak ada ujung pangkalnya, bahkan cenderung mengakibatkan silang-sengketa. Kita tentunya tidak perlu mengklaim diri sebagai penganut setia dari salah satu paham dan terlibat dalam rivalitas antara kedua paham ekstrim yang berbeda kutub tersebut. Hal yang perlu kita lakukan adalah mencari kebenaran yang hakiki dalam memahami fenomena takdir yang melingkupi kehidupan kita.

Takdir adalah suatu fenomena yang tidak dapat diprediksi dan dihindari. Telah kita pahami bersama, fenomena takdir ini sudah pasti tidak akan pernah lepas dari peran Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam sebagai Sebab Pertama yang Maha Mengetahui. Akan tetapi tentu tidak seekstrim penganut aliran determinisme. Tuhan adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas segala fenomena takdir, namun di satu sisi Tuhan juga memberikan sebagian kuasa-Nya dan kebebasan kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya untuk bertindak sendiri di dalam lingkungan kodrat, kehendak, dan pertolongan-Nya. Takdir dapat bersifat tetap, namun ada juga yang dinamis. Takdir yang bersifat tetap antara lain adalah hukum alam, sedangkan takdir yang bersifat dinamis adalah yang menyangkut kehidupan manusia.

Takdir yang menyangkut kehidupan manusia tersebut adalah meliputi takdir rejeki, jodoh, dan mati. Tentunya tanpa menafikan usaha dan kerja keras yang telah dilakukan manusia. Artinya, manusia tetap diberi kuasa dan kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya masing-masing, namun keputusan akhir tetap berada di tangan Sang Hakim Yang Maha Kuasa karena Tuhan sebagai Yang Maha Mengetahui, sudah pasti akan mengetahui pula segala sesuatu yang pantas atau tidak pantas bagi kita. Itulah yang disebut dengan takdir yang bersifat dinamis.

Keteraturan peredaran benda-benda langit yang merupakan hukum alam adalah bagian dari takdir yang bersifat tetap. Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya, benda-benda langit yang terdiri dari bintang-gemintang, matahari, bulan, planet, dan bumi kita sendiri bergerak dan beredar secara teratur. Matahari yang menjadi pusat tata surya kita dikelilingi oleh planet-planet yang berputar sesuai dengan orbitnya. Peredaran benda-benda langit tersebut dan benda-benda langit lainnya yang tak terhitung jumlahnya adalah tetap mengikuti hukum alam. Jadi hukum alam itulah yang dinamakan takdir yang bersifat tetap. Sebab apabila takdir atas peredaran benda-benda langit tersebut bersifat dinamis, maka yang terjadi adalah bumi kita ini bisa saja saling bertubrukan dengan planet lainnya atau disambar oleh matahari!

Walaupun demikian, takdir yang bersifat tetap tidak dapat dikatakan mutlak. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu hal yang disebut oleh Prof. Dr. Mutawalli Asy-Sya’rawi sebagai kebebasan takdir. Dimana suatu kejadian alam yang tidak hanya tunduk pada hukum alam yang bersifat tetap saja, tetapi lebih ditentukan oleh kebebasan takdir tadi. Jadi takdir yang bersifat tetap dapat berubah menjadi takdir yang bersifat dinamis pada suatu keadaan tertentu atas kehendak Tuhan sebagai Penguasa alam ini.

Sebagai contoh adalah turunnya hujan. Seperti yang kita ketahui di daerah tertentu yang mempunyai curah hujan yang tinggi sering turun hujan, sedangkan di daerah lain yang mempunyai curah hujan yang rendah jarang turun hujan. Dalam keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa turunnya hujan sesuai dengan hukum kausal. Namun pada suatu waktu tertentu, dapat terjadi di suatu daerah yang curah hujannya tinggi, justru mengalami musim kemarau yang panjang, sebaliknya di daerah lain yang curah hujannya rendah terjadi hujan yang lebat secara terus-menerus.

Hal tersebut menunjukkan bahwa turunnya hujan tidak hanya tunduk kepada hukum kausal semata, akan tetapi lebih ditentukan oleh kebebasan takdir Tuhan tadi. Kalau seperti itu kenyataannya, maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat mengubah atau menghindar dari takdir, dan tiada kekuatan lain yang mampu menentukan takdir dan kebebasan takdir itu, selain dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam.

Takdir Rejeki

Rejeki dapat kita artikan sebagai keberuntungan, keberhasilan atau kenikmatan. Dalam cakupan yang lebih luas, rejeki dapat dikatakan merupakan suatu limpahan rahmat yang tidak terbatas pada materi atau bersifat kebendaan semata.

Bagi seorang pedagang, rejekinya mungkin bukan sekedar memperoleh keuntungan yang besar, tetapi juga kepuasan batin karena mampu memenuhi kebutuhan konsumennya atas suatu barang yang dibutuhkan. Bagi seorang penyanyi, rejeki mungkin bukan sekedar memperoleh bayaran yang mahal dari setiap konsernya atau penjualan hasil rekamannya, tetapi juga kepuasan batin setelah berhasil melantunkan sebuah lagu dengan baik dan penuh penghayatan, kemudian memperoleh sambutan yang antusias dari pemirsa atau penggemarnya. Bagi seorang penulis, rejeki mungkin bukan sekedar bukunya dapat dicetak dan terjual dalam jumlah yang besar atau menjadi Best Seller, tetapi juga kepuasan batin setelah dia berhasil menuangkan ide-ide pikirannya melalui tulisan dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Dalam hal memperoleh rejeki ini, setiap manusia tentu mempunyai porsi dan pengalaman yang berbeda-beda pada waktu-waktu tertentu. Saat ini Si A memperoleh penghasilan yang lumayan besar dan sukses, sedangkan si B walaupun melakukan usaha yang sama kerasnya dengan Si A, tetap memperoleh hasil yang kurang memadai, bahkan tidak ada sama sekali. Namun di lain waktu, tidak menutup kemungkinan Si B akhirnya akan memperoleh hasil yang banyak dengan tak terduga, sedangkan Si A tiba-tiba mengalami kegagalan usaha dan bangkrut. Kejadian seperti ini sudah lazim dalam kehidupan manusia di belahan dunia ini.

Rejeki akan datang setelah kita berusaha, sebaliknya tanpa usaha yang keras rejeki akan jauh dari kita. Namun pada saat-saat tertentu, dapat terjadi hal yang sebaliknya. Walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita, namun rejeki tetap saja jauh dari kita, sebaliknya tidak jarang terjadi, tanpa usaha secara tiba-tiba rejeki dapat datang dengan sendirinya dan begitu dekat dengan kita.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka sudah barang tentu tidak ada satu pun diantara kita yang berani menjamin rejeki yang akan kita peroleh, apalagi menjamin rejeki orang lain. Jadi kesimpulannya, rejeki itu adalah bagian dari rahasia takdir dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam, karena Dialah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang pantas dan tidak pantas bagi kita.

Senin, 21 Juli 2008

Takdir Jodoh

Takdir adalah suatu fenomena yang tidak dapat diprediksi dan dihindari. Fenomena takdir ini sudah pasti tidak akan pernah lepas dari peran Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam sebagai Sebab Pertama yang Maha Mengetahui. Tentunya tanpa menafikan usaha dan kerja keras yang telah dilakukan manusia. Artinya, manusia tetap diberi kuasa dan kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya masing-masing, namun keputusan akhir tetap berada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa karena Tuhan sebagai Yang Maha Mengetahui, sudah pasti akan mengetahui pula segala sesuatu yang pantas atau tidak pantas bagi kita.

Jodoh dapat diartikan sebagai pasangan hidup, berupa seorang wanita bagi seorang pria atau seorang pria bagi seorang wanita dalam suatu ikatan perkawinan. Sehingga pasangan berupa seorang wanita bagi seorang pria atau seorang pria bagi seorang wanita yang belum diikat dalam suatu ikatan perkawinan atau yang kita kenal dengan pacaran, belum dapat dikategorikan sebagai jodoh. Adapun ikatan perkawinan didasarkan pada perjanjian bersama secara sah antara seorang pria dan wanita untuk hidup dalam sebuah mahligai rumah tangga.

Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami patah hati setelah sang kekasih tercinta justru menikah dengan orang lain. Setelah kita mengalami masa pacaran yang panjang dengannya sampai bertahun-tahun, namun pada suatu waktu kita justru tidak dapat melangsungkan perkawinan dengan kekasih kita itu karena sesuatu hal, dan pada akhirnya dia justru menikah dengan orang lain yang mungkin baru dikenalnya beberapa bulan atau karena dijodohkan oleh orang tuanya.

Kita tentu mengenal kisah roman populer, Romeo dan Juliet yang harus mengorbankan nyawa demi cinta. Dan kita juga sering mendengar kejadian tragis yang sama dalam dunia nyata. Entah telah berapa banyak jiwa yang melayang sia-sia demi cinta dan rasa cemburu, hanya karena kita belum memahami arti sebuah takdir dalam jodoh.

Seberapapun besarnya usaha kita untuk menikahi kekasih kita, namun apabila takdir mengatakan lain, kita tidak akan mampu melawannya. Namun itu bukan berarti kita dianjurkan untuk tinggal diam dan pasrah tanpa upaya sedikit pun. Sebagaimana rejeki di atas, jodoh akan datang setelah kita berusaha, sebaliknya tanpa usaha jodoh pun akan jauh dari kita.

Namun demikian pada saat-saat tertentu, dapat terjadi hal yang sebaliknya. Sebagaimana telah diuraikan tadi, walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita, jodoh tetap saja jauh dari kita, sebaliknya tidak jarang terjadi tanpa usaha secara tiba-tiba jodoh dapat datang dengan sendirinya dan begitu dekat dengan kita.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka sudah barang tentu tidak ada satu pun diantara kita yang berani menjamin jodoh atau pasangan hidup yang akan kita dapatkan, apalagi menjamin jodoh orang lain. Jadi kesimpulannya, jodoh itu adalah bagian dari rahasia takdir dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam, karena Dialah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang pantas bagi kita.

Takdir Kematian

Pengertian mati lazimnya sebagaimana kita ketahui adalah lepasnya roh dari raga atau tubuh kita. Setiap makhluk hidup cepat atau lambat pasti akan mengalami mati. Tidak ada satu pun makhluk hidup, termasuk manusia yang berani menjamin dirinya tidak akan mengalami kematian, walaupun dia seorang yang sehat dan perkasa sekalipun.

Jadi, suka atau tidak suka, kita semua pasti akan mengalami yang namanya kematian. Ibaratnya, kita saat ini, sedang mengantri menunggu malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita. Semuanya hanya menunggu waktu, tanpa kita ketahui kapan, bagaimana, dan dimana itu akan terjadi. Begitu absolut dan misteriusnya kematian itu, semua yang ada ini tiba-tiba terasa begitu rapuh dan kecil tak berdaya di hadapannya.

Secara naluriah kita memang akan berusaha menghindar dari kematian. Kepastian adanya kematian, bukan berarti kita tidak dianjurkan untuk menjaga kehidupan diri kita sendiri atau orang lain dari kematian. Entah sudah berapa banyak biaya yang kita habiskan untuk mempertahankan hidup kita ini. Kita makan, minum, berolah raga, beristirahat, menjaga kesehatan, dan berlindung dari segala ancaman bahaya adalah merupakan bagian dari upaya kita untuk mempertahankan hidup kita dari kematian.

Fenomena yang dapat dijadikan bukti kekuasaan Tuhan atas takdir kematian ini adalah walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita untuk mempertahankan hidup, kematian tetap bisa datang kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun. Siapa yang bisa menduga seorang Presiden Amerika Serikat, John F. Kenedy yang dijaga begitu ketat oleh para pengawalnya justru tewas di terjang peluru? Namun sebaliknya, dapat terjadi seseorang yang telah mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan selalu dapat lolos dari aksi pembunuhan, baik dengan upayanya sendiri maupun secara tidak disengaja.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka kita yang saat ini berada dalam keadaan sehat, tidak akan dapat memastikan bahwa kita pasti akan tetap hidup besok, apalagi memastikan kapan orang lain akan mati. Kalau demikian adanya, maka tidak ada seorang atau sesuatu apapun yang mampu menentukan takdir kematian itu, selain Dia Yang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam.

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari memang sering terjadi kedzaliman dan kejahatan mendominasi dan membelenggu kebenaran. Dalam bidang sosial dan ekonomi, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin nampak begitu dalam, sehingga tidak jarang menimbulkan kecemburuan sosial, kebencian, pencurian, penjarahan, bahkan perampokan. Melihat semua fenomena tersebut, kita sebagai insan Tuhan tentu patut memahaminya sebagai suatu hal yang juga tidak terlepas dari pembahasan kita mengenai takdir tadi. Takdir Tuhan yang meliputi takdir rejeki, takdir jodoh, dan takdir kematian juga berlaku dalam hal ini.