Minggu, 03 Agustus 2008

Kesatuan Alam

Dengan mengkaji fenomena alam semesta ini secara lebih seksama, kita akan menemukan adanya kesatuan yang secara sempurna menunjukkan bahwa ada satu Dzat yang punya ilmu satu, kehendak satu, dan kemampuan satu yang telah menciptakannya.

Bukti-bukti atas adanya kesatuan dalam alam semesta ini banyak sekali, antara lain adalah adanya keteraturan dan saling keterkaitan diantara ciptaan-ciptaan-Nya sebagaimana telah kita bahas sebelumnya. Misalnya keteraturan peredaran benda-benda langit, seperti pada peredaran planet-planet yang mengelilingi matahari pada orbitnya. Kemudian adanya penguapan air laut, danau, dan sungai yang membentuk awan yang akan menurunkan hujan. Air hujan yang membasahi bumi itu pada akhirnya akan kembali lagi ke danau, sungai, dan laut. Kemudian pada saat udara panas akan menguap lagi ke udara membentuk awan, lalu turun kembali ke bumi, begitu seterusnya. Itulah siklus alam yang teratur.

Contoh lainnya adalah kesalingterkaitan antara organ-organ tubuh pada manusia dan juga pada tubuh makhluk hidup lainnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui, sistem tubuh ini melibatkan sistem kerangka, sistem otot, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem pernapasan, sistem pembuangan, sistem limfatik, sistem endokrin, sistem saraf, sistem kandung kemih, dan sistem perlindungan. Sebagai contoh sistem pencernaan juga melibatkan rongga-rongga mulut dan tenggorokan, oesophagus, lambung, usus kecil, dan usus besar serta dubur.

Organ-organ ini bekerja untuk fungsi umum yang sama, yaitu mencernakan dan mengasimilasikan makanan. Jadi jelas masing-masing organ di dalam sistem merupakan suatu mata rantai. Jika salah satunya gagal berfungsi, maka keseluruhan proses pencernaan mendapat rintangan sampai batas-batas tertentu, kalaupun tidak sama sekali terhenti. Dan sudah barang tentu berbagai sistem itu saling berhubungan erat sekali.

Kemudian bukti lainnya adalah adanya saling keterikatan bersama antara makhluk hidup dalam rantai makanan. Misalnya, tumbuhan membuat makanan dengan bantuan cahaya matahari; serangga menelan tumbuhan; burung penyanyi memakan serangga; bila burung rajawali mati, kumbang dan serangga lain hidup dari bangkainya, sedangkan bakteri mengubah berbagai senyawa dalam bangkai ini menjadi zat makanan yang dapat diserap tumbuhan, dan seterusnya.

Dalam hal ini kita juga dapat mengkaji bukti lain yang dikemukakan oleh seorang ilmuwan Mesir, Hasan al-Banna, mengenai adanya saling keterkaitan yang optimal antara pernafasan manusia dengan tumbuh-tumbuhan dan laut.

Sebagaimana kita ketahui udara yang kita hirup ini terdiri atas berbagai unsur yang diantaranya ada dua bagian penting, yaitu oksigen dan karbon. Oksigen adalah bagian yang baik dan sangat dibutuhkan bagi pernafasan manusia, sedangkan karbon adalah bagian yang berbahaya bagi pernafasan manusia.

Menurut Hasan al-Banna, dari sekian hubungan yang begitu rumit diantara kesatuan-kesatuan wujud, yang mengherankan adalah pada waktu manusia menghirup oksigen dan membuang karbon, tumbuh-tumbuhan justru melakukan proses sebaliknya dengan menghirup karbon dan mengeluarkan oksigen. Sehingga bagian udara berupa karbon yang dapat membahayakan manusia telah dihirup oleh tumbuh-tumbuhan. Sementara proses yang menciptakan keseimbangan antara gas asam arang yang keluar dan yang masuk disempurnakan oleh laut. Laut akan menyedot semua pertambahan yang ada di udara jika pertambahan itu sudah melebihi batas yang semestinya.

Jadi dengan mengkaji kejadian tersebut di atas, kita dapat mengetahui akan adanya gerak saling keterkaitan yang optimal antara manusia, tumbuh-tumbuhan, dan laut. Pada dasarnya kesalingterkaitan ini bisa kita temukan pada segala sesuatu yang ada antara siang dan malam, langit dan bumi, mentari dan rembulan, organ-organ jantan dan betina, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Untuk mempertegas hal ini, kita dapat meneliti unsur-unsur yang mengkomposisi alam semesta ini. Menurut para ahli fisika, alam ini terkomposisi atas unsur-unsur yang sama, dan jumlahnya lebih dari seratus. Unsur-unsur itu sendiri menunjukkan tiga jenis muatan listrik : positif, negatif, dan netral. Yang positif disebut proton, yang negatif disebut elektron, sedangkan yang netral disebut neutron.

Jumlah elektron yang ada pada garis-garis orbit atom bagian luar adalah sesuai dengan jumlah proton yang ada pada bagian dalam (inti) atom ini. Jika pada inti atom ada satu proton, maka pada garis edar elektron ada satu elektron seperti halnya pada hidrogen.

Berkat keseimbangan antara elektron-elektron yang bermuatan negatif dengan proton-proton yang bermuatan positif ini, maka aliran listrik yang ada pada atom menjadi seimbang. Akan tetapi jumlah neutron yang netral pada inti atom, sedikit banyak tidak berimbang dengan jumlah elektron. Perbedaan unsur-unsur merupakan akibat dari perbedaan jumlah proton dan elektron yang ada pada masing-masing pihak.

Sebagai contoh, yang membedakan antara hidrogen dan uranium adalah hidrogen mengandung satu proton dan satu elektron, sedangkan uranium mengandung (238) proton dan (238) elektron. Unsur-unsur yang jumlahnya ratusan inilah yang membentuk alam seluruhnya. Unsur-unsur tersebut diperkirakan ada pada setiap benda di alam ini. Unsur-unsur yang ada di bumi juga ada di matahari, demikian pula pada setiap benda yang ada di seluruh angkasa ini.

Kalau demikian adanya, tentu akan timbul pertanyaan tentang siapakah gerangan yang sanggup menjadikan dan memelihara keseimbangan dan kesalingterkaitan tersebut? Bukankah dengan adanya fenomena kesatuan dalam alam semesta ini yang keseimbangan dan kesalingterkaitan bagian-bagiannya, telah menunjukkan kepada kita bahwa sesungguhnya memang ada satu Dzat yang punya ilmu satu, kehendak satu, dan kemampuan satu yang telah menciptakannya? Dan Sang Pencipta itu adalah satu.

Mengapa hal ini menunjukkan keesaaan? Hasan al-Banna, mengatakan bahwa pluralitas mengkonsekuensikan absurditas, perselisihan, dan kesalingunggulan, terutama menyangkut sifat-sifat ketuhanan yang Maha Agung. Di samping itu, kalau saja salah satu dari jumlah tuhan yang banyak itu bertindak sendiri, berarti sifat-sifat yang lain menjadi batal. Kalau mereka bersekutu, maka batallah sebagian sifat dari masing-masing tuhan itu. Padahal menukilkan sifat-sifat ketuhanan bertentangan dengan keagungan-Nya. Jadi Tuhan harus satu, tiada tuhan lain. Tuhan yang satu itu tiada lain adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Setelah kita mengamati alam semesta yang ada ini, terbuktilah tanda-tanda nyata dari Tuhan yang tak terbantahkan lagi. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini tidak terkecuali diri kita sendiri dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan Tuhan.

Realitas Kemajuan Teknologi

Hasil rekayasa modern seperti televisi, radio, lampu pijar, tekstil sintetis, pendingin udara, lift, kendaraan bermotor, pesawat udara, pesawat antariksa, peluru kendali, komputer, internet, dan telepon seluler adalah beberapa dari sekian banyak realitas kemajuan teknologi modern yang telah kita nikmati. Dan kemajuan teknologi ini akan terus berlanjut sampai pada masa yang akan datang.

Melalui layar kaca televisi, kita yang ada di Jakarta, dapat menyaksikan siaran langsung pertandingan sepakbola antara kesebelasan Manchester United dan Chelsea yang sedang berlangsung di Stadion Old Trafford di Manchester, Inggris yang jaraknya ribuan kilometer dari Jakarta.

Dengan pesawat terbang kita dapat menempuh perjalanan ribuan kilometer hanya dalam hitungan jam saja, yang jika kita lakukan dengan perjalanan darat atau laut akan membutuhkan waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan lamanya. Dengan pesawat ulang-alik antariksa, para astronot dapat mencapai bulan, bahkan tidak lama lagi kita akan bisa melakukan wisata ke bulan dan planet lain.

Dengan telepon seluler, kita juga dapat melakukan komunikasi langsung dengan seseorang yang kita inginkan yang jaraknya mungkin ribuan kilometer dari tempat kita berada kapan pun kita mau. Dengan komputer, kita yang ada di Jakarta juga dapat melakukan perbincangan dengan sesama pengguna komputer di New York melalui fasilitas jaringan internet.

Kita tentu sependapat bahwa kemajuan teknologi canggih yang telah dicapai sekarang ini adalah hasil rekayasa dari akal budi manusia yang patut dibaggakan. Penghargaan yang tinggi patut kita berikan kepada Thomas Alfa Edison yang telah menemukan lampu pijar, Alexander Graham Bell yang menemukan telepon, Guglielmo Marconi sebagai penemu radio telegraf, dan masih banyak lagi. Namun, tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih kita atas jasa-jasanya, penemuan itu belumlah cukup bagi kita untuk menyebut mereka sebagai pencipta.

Penemuan-penemuan tersebut tentu tidak dapat diidentikkan sebagai penciptaan. Pengertian penciptaan di sini adalah melakukan suatu proses penciptaan sejak dari awal sampai akhir, yakni dimulai dengan membuat unsur-unsur dasarnya, dari tidak ada menjadi ada, kemudian menyusunnya menjadi sebuah benda yang siap pakai atau menciptakan sesuatu dari yang tidak ada menjadi ada. Sedangkan yang dilakukan oleh para ilmuwan-ilmuwan kita itu adalah semata-mata menemukan unsur-unsur dasar yang sudah ada, kemudian dengan menggunakan akal pikiran dan instrumen-instrumen yang tersedia, melakukan eksperimen-eskperimen, sampai kemudian menghasilkan sebuah rekayasa atau sebuah benda. Sehingga sifatnya hanyalah mengubah unsur atau bahan baku yang sudah ada menjadi sebuah benda baru atau barang jadi.

Sebagai contoh konkritnya, mari kita bahas dalam proses penemuan radio. Penemuan radio diawali dengan ditemukannya radiasi magnet listrik pada abad XIX. Radiasi ini dapat berjalan melalui angkasa dalam jarak yang sangat jauh, termasuk dalam radiasi ini adalah cahaya dan gelombang radio dalam dua bentuk. Adanya famili radiasi pertama kali diramalkan oleh ahli fisika dari Skotlandia, James Clerk Maxwell pada tahun 1860-an.

Dalam usaha menemukan apakah ramalan Maxwell itu benar, menjelang tahun 1880-an, seorang ahli fisika lainnya dari Jerman, Heinrich Hertz, membuat suatu gelombang radio, lalu mengirimkannya dari laboratoriumnya melalui ruang angkasa.

Akhirnya puncak keberhasilan pada awal penemuan radio ini adalah pada tahun 1895, ketika seorang ilmuwan Italia yang bernama Guglielmo Marconi, membuat peralatan yang sangat besar untuk menghasilkan gelombang-gelombang radio yang kuat, dan kemudian memakai gelombang itu dengan berhasil untuk membawa sinyal-sinyal dari Inggris ke Newfoundland melewati Atlantik Utara. Sehingga sejak saat itu, dapat dikatakan, Marconilah yang pertama kali mengembangkan konsep mengenai penggunaan gelombang radio untuk berkomunikasi.

Semua orang sepakat bahwa Guglielmo Marconi adalah penemu radio telegraf, namun tidak dapat dikatakan sebagai pencipta radio telegraf. Hal ini karena yang pertama kali membuat gelombang radio adalah Heinrich Hertz, dan Hertz sendiri juga bukanlah pencipta gelombang radio yang sesungguhnya karena gelombang radio tersebut adalah bagian dari radiasi magnet listrik yang merupakan unsur dasar yang sudah ada.

Jadi, kesimpulannya Marconi menemukan unsur-unsur dasar yang sudah ada berupa gelombang radio atau radiasi magnet listrik, logam, dan bahan-bahan lainnya untuk membuat bangunan radio, kemudian dengan menggunakan akal pikiran dan instrumen-instrumen yang tersedia, dia melakukan eksperimen-eskperimen sampai kemudian menghasilkan sebuah radio telegraf.

Kalau demikian adanya, lalu siapakah yang sanggup menciptakan radiasi magnet listrik yang dapat menempuh perjalanan melalui udara dalam jarak yang sangat jauh itu? Siapakah yang sanggup menggerakkan gelombang radio yang membawa sinyal-sinyal dari Marconi di Inggris ke Newfoundland melewati Atlantik Utara melalui udara? Mampukah Marconi mengirimkan sinyal-sinyalnya sendiri ke belahan dunia lain tanpa keterlibatan pihak lain yang mempunyai kemampuan dan kekuasaan yang luar biasa? Lalu, siapakah pihak lain itu, selain Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam?

Kalau kita ingin lebih jauh lagi, siapakah yang membimbing para ilmuwan dan ahli rekayasa yang berotak cemerlang itu dalam berbagai kegiatan riset dan eksperimennya? Jadi kesimpulannya, sesuatu yang sanggup menciptakan otak-otak manusia yang brilian, kemudian membimbing manusia itu memanfaatkan kecerdasan otaknya untuk menjadi tahu dan berkreasi, tiada lain selain Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui.