Selasa, 22 Juli 2008

Rahasia Takdir


Dalam menyikapi fenomena takdir ini, sebagaimana yang kita ketahui sejak dahulu, manusia terbagi dalam dua kelompok pemahaman yang ekstrim dan saling bertentangan, yakni paham determinisme dan indeterminisme.

Menurut pandangan penganut Paham Determinisme, semua amal perbuatan manusia dan segala kejadian di alam semesta ini, sebelumnya telah ditentukan oleh Tuhan. Jadi menurut mereka, kita di dunia ini laksana kapas yang diterbangkan angin. Angin takdir yang mutlak dan kompak. Baik-buruk, miskin-kaya, naik-jatuh, mulia-hina, segalanya mutlak di tangan Tuhan. Dalam Agama Islam yang menganut paham ini dikenal dengan Mazhab Jabariah, dalam Agama Kristen dianut oleh aliran Agustinisme dan Lutheranisme, sedangkan dalam Agama Yahudi dianut oleh Mazhab Qurra.

Sementara bagi kaum determinisme naturalis segalanya ini telah ditentukan oleh pengaruh paksaan dari alam kodrati atau merupakan bagian dari keseluruhan jagat raya yang saling terikat. Paham ini bisa kita temukan dalam filsafat etika Tiongkok, filsafat Stoa, dan pemikiran Spinoza.

Sebaliknya menurut Paham Indeterminisme, manusia mempunyai kebebasan mutlak dalam perbuatannya berdasarkan perwujudan kodratnya sendiri. Paham ini bisa kita temukan dalam ajaran filsafat vitalismenya Nietzche dan ajaran Materialisme-Marxisme. Sementara menurut kaum indeterminisme theologis, kebebasan manusia itu datang dari Tuhan sebagai Sebab Pertama atau Sumber Pertama dari segala kekuasaan. Paham ini dalam Agama Islam dikenal dengan Mazhab Qadariah, sedangkan dalam Agama Kristen dikenal dengan aliran Pelagianisme.

Pertentangan antara kedua paham, Determinisme dan Indeterminisme dengan argumennya masing-masing sampai sekarang tidak ada ujung pangkalnya, bahkan cenderung mengakibatkan silang-sengketa. Kita tentunya tidak perlu mengklaim diri sebagai penganut setia dari salah satu paham dan terlibat dalam rivalitas antara kedua paham ekstrim yang berbeda kutub tersebut. Hal yang perlu kita lakukan adalah mencari kebenaran yang hakiki dalam memahami fenomena takdir yang melingkupi kehidupan kita.

Takdir adalah suatu fenomena yang tidak dapat diprediksi dan dihindari. Telah kita pahami bersama, fenomena takdir ini sudah pasti tidak akan pernah lepas dari peran Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam sebagai Sebab Pertama yang Maha Mengetahui. Akan tetapi tentu tidak seekstrim penganut aliran determinisme. Tuhan adalah Sang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui atas segala fenomena takdir, namun di satu sisi Tuhan juga memberikan sebagian kuasa-Nya dan kebebasan kepada makhluk-makhluk ciptaan-Nya untuk bertindak sendiri di dalam lingkungan kodrat, kehendak, dan pertolongan-Nya. Takdir dapat bersifat tetap, namun ada juga yang dinamis. Takdir yang bersifat tetap antara lain adalah hukum alam, sedangkan takdir yang bersifat dinamis adalah yang menyangkut kehidupan manusia.

Takdir yang menyangkut kehidupan manusia tersebut adalah meliputi takdir rejeki, jodoh, dan mati. Tentunya tanpa menafikan usaha dan kerja keras yang telah dilakukan manusia. Artinya, manusia tetap diberi kuasa dan kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya masing-masing, namun keputusan akhir tetap berada di tangan Sang Hakim Yang Maha Kuasa karena Tuhan sebagai Yang Maha Mengetahui, sudah pasti akan mengetahui pula segala sesuatu yang pantas atau tidak pantas bagi kita. Itulah yang disebut dengan takdir yang bersifat dinamis.

Keteraturan peredaran benda-benda langit yang merupakan hukum alam adalah bagian dari takdir yang bersifat tetap. Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya, benda-benda langit yang terdiri dari bintang-gemintang, matahari, bulan, planet, dan bumi kita sendiri bergerak dan beredar secara teratur. Matahari yang menjadi pusat tata surya kita dikelilingi oleh planet-planet yang berputar sesuai dengan orbitnya. Peredaran benda-benda langit tersebut dan benda-benda langit lainnya yang tak terhitung jumlahnya adalah tetap mengikuti hukum alam. Jadi hukum alam itulah yang dinamakan takdir yang bersifat tetap. Sebab apabila takdir atas peredaran benda-benda langit tersebut bersifat dinamis, maka yang terjadi adalah bumi kita ini bisa saja saling bertubrukan dengan planet lainnya atau disambar oleh matahari!

Walaupun demikian, takdir yang bersifat tetap tidak dapat dikatakan mutlak. Hal ini bisa terjadi karena adanya sesuatu hal yang disebut oleh Prof. Dr. Mutawalli Asy-Sya’rawi sebagai kebebasan takdir. Dimana suatu kejadian alam yang tidak hanya tunduk pada hukum alam yang bersifat tetap saja, tetapi lebih ditentukan oleh kebebasan takdir tadi. Jadi takdir yang bersifat tetap dapat berubah menjadi takdir yang bersifat dinamis pada suatu keadaan tertentu atas kehendak Tuhan sebagai Penguasa alam ini.

Sebagai contoh adalah turunnya hujan. Seperti yang kita ketahui di daerah tertentu yang mempunyai curah hujan yang tinggi sering turun hujan, sedangkan di daerah lain yang mempunyai curah hujan yang rendah jarang turun hujan. Dalam keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa turunnya hujan sesuai dengan hukum kausal. Namun pada suatu waktu tertentu, dapat terjadi di suatu daerah yang curah hujannya tinggi, justru mengalami musim kemarau yang panjang, sebaliknya di daerah lain yang curah hujannya rendah terjadi hujan yang lebat secara terus-menerus.

Hal tersebut menunjukkan bahwa turunnya hujan tidak hanya tunduk kepada hukum kausal semata, akan tetapi lebih ditentukan oleh kebebasan takdir Tuhan tadi. Kalau seperti itu kenyataannya, maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak dapat mengubah atau menghindar dari takdir, dan tiada kekuatan lain yang mampu menentukan takdir dan kebebasan takdir itu, selain dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam.

Takdir Rejeki

Rejeki dapat kita artikan sebagai keberuntungan, keberhasilan atau kenikmatan. Dalam cakupan yang lebih luas, rejeki dapat dikatakan merupakan suatu limpahan rahmat yang tidak terbatas pada materi atau bersifat kebendaan semata.

Bagi seorang pedagang, rejekinya mungkin bukan sekedar memperoleh keuntungan yang besar, tetapi juga kepuasan batin karena mampu memenuhi kebutuhan konsumennya atas suatu barang yang dibutuhkan. Bagi seorang penyanyi, rejeki mungkin bukan sekedar memperoleh bayaran yang mahal dari setiap konsernya atau penjualan hasil rekamannya, tetapi juga kepuasan batin setelah berhasil melantunkan sebuah lagu dengan baik dan penuh penghayatan, kemudian memperoleh sambutan yang antusias dari pemirsa atau penggemarnya. Bagi seorang penulis, rejeki mungkin bukan sekedar bukunya dapat dicetak dan terjual dalam jumlah yang besar atau menjadi Best Seller, tetapi juga kepuasan batin setelah dia berhasil menuangkan ide-ide pikirannya melalui tulisan dan dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Dalam hal memperoleh rejeki ini, setiap manusia tentu mempunyai porsi dan pengalaman yang berbeda-beda pada waktu-waktu tertentu. Saat ini Si A memperoleh penghasilan yang lumayan besar dan sukses, sedangkan si B walaupun melakukan usaha yang sama kerasnya dengan Si A, tetap memperoleh hasil yang kurang memadai, bahkan tidak ada sama sekali. Namun di lain waktu, tidak menutup kemungkinan Si B akhirnya akan memperoleh hasil yang banyak dengan tak terduga, sedangkan Si A tiba-tiba mengalami kegagalan usaha dan bangkrut. Kejadian seperti ini sudah lazim dalam kehidupan manusia di belahan dunia ini.

Rejeki akan datang setelah kita berusaha, sebaliknya tanpa usaha yang keras rejeki akan jauh dari kita. Namun pada saat-saat tertentu, dapat terjadi hal yang sebaliknya. Walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita, namun rejeki tetap saja jauh dari kita, sebaliknya tidak jarang terjadi, tanpa usaha secara tiba-tiba rejeki dapat datang dengan sendirinya dan begitu dekat dengan kita.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka sudah barang tentu tidak ada satu pun diantara kita yang berani menjamin rejeki yang akan kita peroleh, apalagi menjamin rejeki orang lain. Jadi kesimpulannya, rejeki itu adalah bagian dari rahasia takdir dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam, karena Dialah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang pantas dan tidak pantas bagi kita.

Senin, 21 Juli 2008

Takdir Jodoh

Takdir adalah suatu fenomena yang tidak dapat diprediksi dan dihindari. Fenomena takdir ini sudah pasti tidak akan pernah lepas dari peran Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam sebagai Sebab Pertama yang Maha Mengetahui. Tentunya tanpa menafikan usaha dan kerja keras yang telah dilakukan manusia. Artinya, manusia tetap diberi kuasa dan kesempatan untuk berusaha sesuai dengan kemampuannya masing-masing, namun keputusan akhir tetap berada di tangan Tuhan Yang Maha Kuasa karena Tuhan sebagai Yang Maha Mengetahui, sudah pasti akan mengetahui pula segala sesuatu yang pantas atau tidak pantas bagi kita.

Jodoh dapat diartikan sebagai pasangan hidup, berupa seorang wanita bagi seorang pria atau seorang pria bagi seorang wanita dalam suatu ikatan perkawinan. Sehingga pasangan berupa seorang wanita bagi seorang pria atau seorang pria bagi seorang wanita yang belum diikat dalam suatu ikatan perkawinan atau yang kita kenal dengan pacaran, belum dapat dikategorikan sebagai jodoh. Adapun ikatan perkawinan didasarkan pada perjanjian bersama secara sah antara seorang pria dan wanita untuk hidup dalam sebuah mahligai rumah tangga.

Sebagian dari kita mungkin pernah mengalami patah hati setelah sang kekasih tercinta justru menikah dengan orang lain. Setelah kita mengalami masa pacaran yang panjang dengannya sampai bertahun-tahun, namun pada suatu waktu kita justru tidak dapat melangsungkan perkawinan dengan kekasih kita itu karena sesuatu hal, dan pada akhirnya dia justru menikah dengan orang lain yang mungkin baru dikenalnya beberapa bulan atau karena dijodohkan oleh orang tuanya.

Kita tentu mengenal kisah roman populer, Romeo dan Juliet yang harus mengorbankan nyawa demi cinta. Dan kita juga sering mendengar kejadian tragis yang sama dalam dunia nyata. Entah telah berapa banyak jiwa yang melayang sia-sia demi cinta dan rasa cemburu, hanya karena kita belum memahami arti sebuah takdir dalam jodoh.

Seberapapun besarnya usaha kita untuk menikahi kekasih kita, namun apabila takdir mengatakan lain, kita tidak akan mampu melawannya. Namun itu bukan berarti kita dianjurkan untuk tinggal diam dan pasrah tanpa upaya sedikit pun. Sebagaimana rejeki di atas, jodoh akan datang setelah kita berusaha, sebaliknya tanpa usaha jodoh pun akan jauh dari kita.

Namun demikian pada saat-saat tertentu, dapat terjadi hal yang sebaliknya. Sebagaimana telah diuraikan tadi, walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita, jodoh tetap saja jauh dari kita, sebaliknya tidak jarang terjadi tanpa usaha secara tiba-tiba jodoh dapat datang dengan sendirinya dan begitu dekat dengan kita.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka sudah barang tentu tidak ada satu pun diantara kita yang berani menjamin jodoh atau pasangan hidup yang akan kita dapatkan, apalagi menjamin jodoh orang lain. Jadi kesimpulannya, jodoh itu adalah bagian dari rahasia takdir dari Sang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam, karena Dialah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang pantas bagi kita.

Takdir Kematian

Pengertian mati lazimnya sebagaimana kita ketahui adalah lepasnya roh dari raga atau tubuh kita. Setiap makhluk hidup cepat atau lambat pasti akan mengalami mati. Tidak ada satu pun makhluk hidup, termasuk manusia yang berani menjamin dirinya tidak akan mengalami kematian, walaupun dia seorang yang sehat dan perkasa sekalipun.

Jadi, suka atau tidak suka, kita semua pasti akan mengalami yang namanya kematian. Ibaratnya, kita saat ini, sedang mengantri menunggu malaikat maut datang untuk mencabut nyawa kita. Semuanya hanya menunggu waktu, tanpa kita ketahui kapan, bagaimana, dan dimana itu akan terjadi. Begitu absolut dan misteriusnya kematian itu, semua yang ada ini tiba-tiba terasa begitu rapuh dan kecil tak berdaya di hadapannya.

Secara naluriah kita memang akan berusaha menghindar dari kematian. Kepastian adanya kematian, bukan berarti kita tidak dianjurkan untuk menjaga kehidupan diri kita sendiri atau orang lain dari kematian. Entah sudah berapa banyak biaya yang kita habiskan untuk mempertahankan hidup kita ini. Kita makan, minum, berolah raga, beristirahat, menjaga kesehatan, dan berlindung dari segala ancaman bahaya adalah merupakan bagian dari upaya kita untuk mempertahankan hidup kita dari kematian.

Fenomena yang dapat dijadikan bukti kekuasaan Tuhan atas takdir kematian ini adalah walaupun kita telah berusaha sekuat tenaga kita untuk mempertahankan hidup, kematian tetap bisa datang kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun. Siapa yang bisa menduga seorang Presiden Amerika Serikat, John F. Kenedy yang dijaga begitu ketat oleh para pengawalnya justru tewas di terjang peluru? Namun sebaliknya, dapat terjadi seseorang yang telah mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan selalu dapat lolos dari aksi pembunuhan, baik dengan upayanya sendiri maupun secara tidak disengaja.

Kalau seperti itu kenyataannya, maka kita yang saat ini berada dalam keadaan sehat, tidak akan dapat memastikan bahwa kita pasti akan tetap hidup besok, apalagi memastikan kapan orang lain akan mati. Kalau demikian adanya, maka tidak ada seorang atau sesuatu apapun yang mampu menentukan takdir kematian itu, selain Dia Yang Maha Kuasa, Tuhan semesta alam.

Sebagaimana yang kita ketahui, dalam berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari memang sering terjadi kedzaliman dan kejahatan mendominasi dan membelenggu kebenaran. Dalam bidang sosial dan ekonomi, jurang pemisah antara si kaya dan si miskin nampak begitu dalam, sehingga tidak jarang menimbulkan kecemburuan sosial, kebencian, pencurian, penjarahan, bahkan perampokan. Melihat semua fenomena tersebut, kita sebagai insan Tuhan tentu patut memahaminya sebagai suatu hal yang juga tidak terlepas dari pembahasan kita mengenai takdir tadi. Takdir Tuhan yang meliputi takdir rejeki, takdir jodoh, dan takdir kematian juga berlaku dalam hal ini.

Minggu, 20 Juli 2008

Hakikat Tuhan

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui bukanlah apa yang seyogianya merupakan benda semata, akan tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita. Tuhan berada karena Ia ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari kehadiran-Nya, mungkin mata hati kita yang masih tertutup, sehingga kita tidak menyadari kehadiran-Nya. Padahal Tuhan itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita!

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak terkecuali pada diri kita sendiri. Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya.

Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya? Kemudian Tuhan melengkapinya dengan menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada beberapa manusia pilihan-Nya (rasul), untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia lainnya sebagai petunjuk jalan yang benar. Jadi melalui keduanya, baik akal maupun agama, kita akan dapat mengetahui hakikat keberadaan-Nya.

Seorang filsuf, Al-Ghazali, juga telah mengemukakan hubungan saling keterkaitan antara agama dan akal. Menurutnya, agama dan akal bagaikan cahaya dan mata. Cahaya tak akan banyak berguna bila dilihat dengan mata tertutup, sebaliknya mata akan tertipu dan tak berdaya bila melihat tanpa cahaya. Jadi, Tuhan memberikan akal agar manusia dapat memahami agama dengan benar dan menghadirkan agama sebagai petunjuk jalan yang benar bagi manusia dalam menggunakan akalnya.

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain.

Atas segala nikmat dan anugerah-Nya pula, sudah sepantasnya kita bersyukur, berserah diri, dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh cinta dan keikhlasan hanya kepada-Nya. Kita pun wajib menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh ketaatan.

Kita menyembah-Nya bukan karena mengharapkan pahala seperti para pedagang yang selalu melakukan sesuatu atas dasar untung-rugi. Kita menjauhi segala larangan-Nya, juga bukan karena rasa takut akan neraka seperti para budak yang melakukan sesuatu agar tidak dimarahi majikannya, akan tetapi kita melakukannya semata-mata karena rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya.

Sebagaimana yang telah kita pahami, salah satu penghayatan doktrin agama adalah bahwa Tuhan itu Omnipresent, Maha Dekat, sehingga segala tindakan yang tidak terpuji, tidak akan pernah kita lakukan, apabila kita telah menyadari bahwa Tuhan itu Maha Dekat, mengawasi, dan bersama kita setiap saat, di manapun kita berada.

Bagi kita yang telah menganut agama, maka semakin yakinlah kita atas kebenaran ajaran agama yang telah kita anut itu tanpa adanya keraguan lagi. Mari kita serahkan segala hidup ini hanya kepada-Nya, dengan menjadikan agama sebagai satu-satunya sumber tuntunan dalam kehidupan kita. Tiada tempat yang layak untuk kita bergantung dan memohon pertolongan selain kepada Tuhan. Semoga kita termasuk orang-orang yang berada dalam pelukan cinta kasih-Nya.

Bagi kita yang selama ini telah hidup dalam kesesatan dan terkungkung dalam kehidupan religiusitas yang semu dan hipokrit sebagai dampak dari keragu-raguan kita atas hakikat keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta, masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki diri.

Rabu, 09 Juli 2008

Misteri Tuhan

Tuhan, antara ada dan tiada. Tuhan ada pada saat kita sedang beribadah kepada-Nya, pada saat kita sedang berdoa kepada-Nya, atau pada saat kita sedang merasakan kehadiran-Nya di dalam batin kita. Namun, Tuhan bisa menjadi tidak ada, pada saat kita sedang sibuk melaksanakan aktivitas keseharian kita, pada saat kita sedang bersenang-senang, tertawa, berdua dengan kekasih kita, atau pada saat kita merasa doa kita kepada-Nya tidak terkabulkan. Tuhan seperti sosok yang bisa muncul kapan saja, dimana saja, dan juga bisa menghilang dan terlupakan begitu saja, tergantung pada situasi, kondisi fisik dan kejiwaan kita.


Bisa jadi, Tuhan itu sesungguhnya memang tidak ada dan tidak pernah ada. Tuhan hanya ada dalam khayalan manusia yang mempunyai pengharapan besar terhadap sesuatu yang lebih kuat dan berkuasa, tempat untuk memohon pertolongan dan perlindungan dari ganasnya alam. Manusia pada saat berdoa, mengira dirinya mempunyai hubungan yang langsung dengan realitas yang lebih tinggi (Tuhan), akan tetapi sebenarnya ia hanya berhubungan dengan dirinya sendiri.


Selama ribuan tahun, Tuhan dipahami secara berbeda-beda oleh umat manusia di berbagai belahan dunia. Tuhan tetaplah sebuah misteri yang tak terjangkau oleh pikiran manusia hingga kini.