Minggu, 20 Juli 2008

Hakikat Tuhan

Dalam upaya kita mengetahui hakikat keberadaan Tuhan, yang harus kita ketahui bukanlah apa yang seyogianya merupakan benda semata, akan tetapi apa yang sesungguhnya ada. Tuhan itu Maha Ada. Dia ada dari diri-Nya sendiri, Self Existent. Tuhan tidak bergantung pada sesuatu yang lain demi menjadi Tuhan. Sementara kita berada karena Tuhan telah menciptakan kita. Tuhan berada karena Ia ada.

Tuhan bersifat abadi, tanpa awal dan akhir. Tuhan selalu berada di mana-mana. Kemanapun dan dimanapun kita berada, Tuhan akan selalu menyertai kita. Tiada sedikit pun ruang tanpa kehadiran-Nya. Kita juga tidak perlu mencari dimana Dia berada, yang diperlukan hanyalah kesadaran kita akan hakikat keberadaan-Nya dan bukti-bukti Kekuasaan-Nya.

Menurut para agamawan, apabila kita masih belum juga menyadari kehadiran-Nya, mungkin mata hati kita yang masih tertutup, sehingga kita tidak menyadari kehadiran-Nya. Padahal Tuhan itu sangat dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari pada urat leher kita!

Dengan demikian, tanpa melihat dzat-Nya yang Maha Agung, kita telah dapat mengungkap hakikat keberadaan-Nya melalui segala ciptaan-Nya yang ada, tidak terkecuali pada diri kita sendiri. Begitu banyak hal yang dapat kita jadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya. Apa yang ada pada diri kita sendiri dan semua yang ada di alam semesta ini, tanpa kecuali, dapat dijadikan bukti akan hakikat keberadaan-Nya.

Tuhan telah memberikan bekal kepada manusia berupa akal, dan dengan akal itu manusia dapat memikirkan segala hal yang ada di dalam kehidupannya, sampai akhirnya dia dapat mengetahui tentang hakikat adanya Tuhan dan sifat-sifat-Nya? Kemudian Tuhan melengkapinya dengan menurunkan wahyu-wahyu-Nya kepada beberapa manusia pilihan-Nya (rasul), untuk kemudian disampaikan kepada umat manusia lainnya sebagai petunjuk jalan yang benar. Jadi melalui keduanya, baik akal maupun agama, kita akan dapat mengetahui hakikat keberadaan-Nya.

Seorang filsuf, Al-Ghazali, juga telah mengemukakan hubungan saling keterkaitan antara agama dan akal. Menurutnya, agama dan akal bagaikan cahaya dan mata. Cahaya tak akan banyak berguna bila dilihat dengan mata tertutup, sebaliknya mata akan tertipu dan tak berdaya bila melihat tanpa cahaya. Jadi, Tuhan memberikan akal agar manusia dapat memahami agama dengan benar dan menghadirkan agama sebagai petunjuk jalan yang benar bagi manusia dalam menggunakan akalnya.

Oleh karena itu, bagi kita yang telah percaya akan keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta alam semesta yang maha luas ini, maka tidaklah cukup bagi kita dengan hanya percaya bahwa Tuhan itu sesungguhnya memang ada. Akan tetapi kita juga meyakini-Nya sebagai satu-satunya yang dapat dipertuhankan, serta tidak memandang adanya kualitas serupa kepada sesuatu apapun yang lain.

Atas segala nikmat dan anugerah-Nya pula, sudah sepantasnya kita bersyukur, berserah diri, dan melaksanakan segala perintah-Nya dengan penuh cinta dan keikhlasan hanya kepada-Nya. Kita pun wajib menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh ketaatan.

Kita menyembah-Nya bukan karena mengharapkan pahala seperti para pedagang yang selalu melakukan sesuatu atas dasar untung-rugi. Kita menjauhi segala larangan-Nya, juga bukan karena rasa takut akan neraka seperti para budak yang melakukan sesuatu agar tidak dimarahi majikannya, akan tetapi kita melakukannya semata-mata karena rasa syukur dan cinta kita kepada-Nya.

Sebagaimana yang telah kita pahami, salah satu penghayatan doktrin agama adalah bahwa Tuhan itu Omnipresent, Maha Dekat, sehingga segala tindakan yang tidak terpuji, tidak akan pernah kita lakukan, apabila kita telah menyadari bahwa Tuhan itu Maha Dekat, mengawasi, dan bersama kita setiap saat, di manapun kita berada.

Bagi kita yang telah menganut agama, maka semakin yakinlah kita atas kebenaran ajaran agama yang telah kita anut itu tanpa adanya keraguan lagi. Mari kita serahkan segala hidup ini hanya kepada-Nya, dengan menjadikan agama sebagai satu-satunya sumber tuntunan dalam kehidupan kita. Tiada tempat yang layak untuk kita bergantung dan memohon pertolongan selain kepada Tuhan. Semoga kita termasuk orang-orang yang berada dalam pelukan cinta kasih-Nya.

Bagi kita yang selama ini telah hidup dalam kesesatan dan terkungkung dalam kehidupan religiusitas yang semu dan hipokrit sebagai dampak dari keragu-raguan kita atas hakikat keberadaan-Nya sebagai Sang Pencipta, masih ada waktu bagi kita untuk memperbaiki diri.

Tidak ada komentar: